Minggu, 16 Maret 2014

Refleksi Kuliah Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Apa itu ethomatematics?

Pernahkah kalian mendengar tentang ethnomatematics? Dari segi bahasa, ethnomatematics terdiri dari dua unsur kata yaitu ethno dan mathematics. Ethno, etnik, ethnicity merujuk kepada sesuatu yang unik, tidak universal. Contohnya yaitu etnik Jawa, Sumatra, Aceh maupun Madura yang tentunya unik dan berbeda satu sama lainnya. Dapat pula dikatakan suku karena makna kata suku hampir berdekatan dengan kata etnik. Sedangkan mathematics berarti matematika itu sendiri. Berbicara mengenai suku, tentu ada yang membedakan antara suku yang satu dengan yang lainnya yaitu produk yang dihasilkan yaitu yang dinamakan dengan budaya atau kultur.
Ethnomatematics dapat dipandang sebagai studi yang meluncur ke bawah kemudian memantul lagi ke atas. Yang dimaksudkan dengan meluncur ke  bawah yaitu dimulai dengan melihat fakta-fakta yang ada di sekitar seperti candi-candi di Indonesia atau tata bahasa yang ada di Yogyakarta. Hal ini tidak dapat kita karang sendiri seperti misal diketahui suatu suku antah berantah dan sebagainya karena harus sesuai fakta yang ada untuk selanjutnya fakta-fakta tersebut dipantulkan lagi ke atas sehingga sesuai dengan teori Internasional.
Kebanyakan orang yang awam seakan-akan memandang ethnomatematics tidak ada unsur pendidikannya sama sekali. Namun, sebenarnya ethnomatematics merupakan suatu studi yang konteksnya merupakan pendidikan matematika. Mengapa demikian? Padahal tidak ada pedulinya orang matematika terhadap kultur dan budaya karena dalam matematika menggunakan permisalan saja sudah cukup. Contohnya yaitu misal kita mempunyai unsur-unsur, sebut saja alino. Unsur-unsur tersebut dihimpun kemudian ditentukan sifat-sifatnya. Misalnya kita memikirkan suatu hal yaitu rumpun daun. Kemudian kita susun definisinya, misal alino adalah unsur-unsur yang terikat sekaligus tidak terikat. Maksudnya daun itu terikat namun pohon dan akarnya tidak terikat. Atau dapat juga kita membuat definisi lainnya misal alino adalah unsur-unsur terikat merentang pada dimensinya. Artinya yaitu jika keterikatannya 0 maka daun jatuh dan jika keterikatannya 1 maka daun masih pada tempatnya. Dari konsep tersebut maka akan dibuat menjadi matematika dengan menentukan sifat-sifatnya, yaitu :
1.      Alino mempunyai sifat terikat absolut dan relatif, yaitu ketika daun jatuh maka keterikatannya absolut. Ketika daun bergoyang karena tertiup angina maka keterikatannya relatif.
2.      Alino satu ditambah alino dua adalah alino yang lain, yaitu daun satu ditambahkan dengan daun satu ditambah dengan daun dua adalah daun yang lain.
3.      Ada hubungan komutatif antara alino yang satu dengan yang lainnya, yaitu daun A ditambah dengan daun B sama dengan daun B ditambah dengan daun A.
4.      Terdapat operasi penjumlahan alino.
5.      Terdapat alino invers, yaitu ketika posisi daun dibalik.
Setelah menentukan sifat-sifat tersebut maka dapat disusun teorema. Misalnya yaitu Teorema 1 : Jika dikatakan suatu alino maka dapat dicari alino-alino yang lain dengan fungsi isomorfis.
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa matematika dapat dibuat dari konsep daun atau dengan kata lain hal-hal disekitar kita dapat dibuat menjadi matematika.

Tempat Kedudukan Etnomathematics

Contoh suatu kasus, misal di kebun banyak terdapat batu-batuan. Ada yang kecil juga ada yang besar. Ketika hanya sebagai batu berserakan maka kedudukannya kurang bermakna tapi jika batu-batu tersebut kemudian disusun menjadi sebuah rumah kelinci misalnya, maka setiap orang yang melihatnya dapat memaknai bahwa susunan batu tersebut adalah rumah kelinci sehingga kedudukannya menjadi meaningfull.
Kasus lain yaitu ketika seseorang yang gila mengatakan bahwa akan menurunkan pak lurah dari jabatannya, maka tidak akan ada orang yang percaya karena perkataannya meaningless. Lain kasusnya jika yang mengatakan demikian adalah seorang ketua DPRD. Tentulah lebih dipercayai sehingga lebih meaningfull.
Meaningfull tidak dapat bisa kita produksi sendiri, melainkan hasil dari ramuan-ramuan dari sesuatu yang besar. Seperti yang telah dijelaskan dari contoh diatas sesuatu yang besar yaitu kedudukan seorang ketua DPRD sehingga perkataannya lebih dipercaya.
Contoh sesuatu yang besar tersebut misalnya yaitu Candi Borobudur yang telah tersohor di seluruh dunia. Semua orang yang berpendidikan tahu mengenai Candi Borobudur sehingga jika dari Candi yang menaingfull tersebut dibuat sesuatu maka hasilnya pun akan meaningfull.
Contoh lagi kasus lain yaitu ketika kita mencari dosen pembimbing untuk skripsi kita tentang matematika misal kita memilih tukang parker sebagai pembimbing kita. Walaupun tukang parkir tersebut ahli dalam ethnomathematics namun tidak akan menghasilkan sesuatu yang bermakna karena miskin wadah walaupun isinya ada. Kasus lainnya yaitu ketika mengadakan suatu perkuliahan ethnomathematics di kelas, namun materi kuliahnya yaitu tentang cara menjaring ikan tuna, cara merawat rel kereta api. Maka hal tersebut tidaklah cocok. Presensi kelas ada, dosen nada, mahasiswa ada, tapi tidak sesuai konteks. Hal ini berarti wadahnya ada tapi isinya tidak bermakna. Kedua-duanya baik wadah maupun isinya merupakan hal yang penting.
Begitu pula dengan ethnomathematica, isinya ada yaitu mengenai kerangka berpikir secara internasional dan teori-teori maupun ide-idenya serta hasil pendidikannya. Namun miskin skema. Tapi karena mau tidak mau studi ini harus diberi nama maka diberilah nama ethnomathematics. Dengan tidak adanya wadah tersebut, maka menjadikan ethnomathematics bukanlah permasalahan yang mudah.