Ditulis berdasarkan kuliah Filsafat
Pendidikan Matematika oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A tanggal 15 Oktober 2014
Dalam
pembelajaran filsafat diperlukan komunikasi yang baik. Mahasiswa diharapkan
dapat aktif dan dosen tidak banyak menjelaskan sehingga terjadi keseimbangan,
bagaikan pendulum yang selalu bergerak. Dalam pembelajaran filsafat diperlukan Tanya
jawab. Berikut ini merupakan pertanyaan dari mahasiswa ke dosen menegnai
filsafat.
1.
Mengapa
tidak ada itu ada?
Contohnya dalam
kehidupan sehari-hari, Pak Marsigit diundangkan tukang pijat oleh adiknya yang
seorang Perwira Polwan. Pak Marsigit berencana mengajak istrinya datang ke
kediaman adiknya bersama-sama sehingga undangan Yasinan yang diterima Ibu
Marsigit urung dipenuhi. Namun, setelah dipikir-pikir Pak Marsigit terlalu
lelah untuk datang ke kediaman adiknya sehingga batal. Ternyata dirumah banyak
tugas yang harus dikerjakan Pak Marsigit seperti membaca thesis yang akan
diujikan, membaca komen blog dll. Begitu juga dengan Ibu Marsigit yang juga
mempunyai banyak tugas. Dari contoh tersebut bahwa ketika Pak Marsigit tidak
datang pijat artinya tiada pijat, namun ada kegiatan yang lain. Tiada itu ada
itu sebetulnya berbeda ruang dan waktu.
Rene Descartes bermimpi
seperti kenyataan. Apa perbedaan nyata dan mimpi? Itulah asal muasal dari
keberadaan diri Rene Descartes.
2.
Bagaimana
cara memahami filsafat?
Yaitu dengan membaca
dan memahami elegi-elegi.
3.
Apakah
mungkin seseorang benar-benar mengerti dan memahami keinginan orang lain?
Jangankan orang lain,
diri kita sendiri tidak akan pernah mengerti. Permasalahn filsafat hanyalah dua
macam. Apabila yang dipikirkan diluar diri kita persoalannya adalah bagaimana
kita memahaminya. Tapi apabila yang dipikirkan ada di dalam pikiran kita,
persoalannya adalah bagaimana kita menjelaskan kepada orang lain.
4.
Apakah
pengertian filsafat antara seorang filsuf dengan filsuf lain akan sama?
Tidak akan sama karena
menyangkut kulitas kedua, ketiga dan keseluruhan. Yang sama yaitu kulitas
pertama yaitu formalnya. Apabila substansinya sama tetapi secara implisit
mengendap di dalamnya. Tapi menurut substansi ontologisnya sama yaitu apa yang
ada di dalam pikiran yaitu yang ideal tokohnya yaitu Plato. Sedangkan yang
diluar pikiran yaitu realis tokohnya yaitu Aris Toteles.
5.
Bagaimana
hakekat menjadi guru matematika yang baik?
Pertanyaan tersebut
mengacu pada karakter. Karakter itu berhenti atau bergerak? Kemarin baik namun
bisa jadi sekarang tidak baik. Itu artinya yang dimaksud yaitu karakter yang
stabil. Guru yang baik yaitu yang mempromosikan kebaikan. Keberadaan guru yang
baik sebagai sesuatu yang ada yaitu secara normatif, mengada yaitu ada
ikhtiarnya , dan pengada yaitu ada hasilnya.
6.
Apakah
jawaban tes Pak Marsigit selalu tunggal?
Tidak selalu.
7.
Apa
prinsip dunia?
Prinsip dunia ada dua.
Yang pertama yaitu prinsip identitas karena aku sama dengan aku, x = x, 2 = 2 .
Hal tersebut hanya terjadi di pikiran kita. Hanya diandaikan atau hanya terjadi
di akhirat saja. Namun begitu turun kebumi maka akan menjadi senditif terhadap
ruang dan waktu. Maka 2 = 2 itu salah. Karena ada dua pertama dan dua kedua
yang dibedakan oleh tempat dan waktu. Begitu juga aku sama dengan aku itu
salah. Karena aku pertama diucapkan terlebih dahulu dan aku kedua diucapkan
belakangan. Jadi matematika itu akan benar jika hanya masih di dalam pikiran.
8.
Apakah
di dunia ini yang sempurna?
Dalam kalimat “Engkau
adalah ciptaan Tuhan yang sempurna” adalah bukan kalimat yang lengkap.
Lengkapnya adalah “Engkau adalah ciptaan Tuhan yang sempurna di dalam
ketidaksempurnaan. Andaikan engkau sempurna, engkau tidak akan mengerti hidup
engkau sendiri.
9.
Apakah
segala sesuatu ada filsafatnya?
Iya. Contohnya tempe.
Filsafatnya tergantung dilihat dari sudut pandang apa. Apabila yang dilihat
materinya maka materialisme. Apabila dilihat dari segi produk perdagangan maka
kapitalisme. Apabila dipakai sebagai menu hajatan maka estetika atau sosial,
dst.
10. Bagaimana cara memahami orang lain
terutama pikirannya?
Caranya yaitu dengan membaca
tulisannya.