Refleksi Kuliah Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Apa itu
ethomatematics?
Pernahkah kalian mendengar tentang ethnomatematics? Dari
segi bahasa, ethnomatematics terdiri dari dua unsur kata yaitu ethno dan
mathematics. Ethno, etnik, ethnicity merujuk kepada sesuatu yang unik, tidak
universal. Contohnya yaitu etnik Jawa, Sumatra, Aceh maupun Madura yang
tentunya unik dan berbeda satu sama lainnya. Dapat pula dikatakan suku karena
makna kata suku hampir berdekatan dengan kata etnik. Sedangkan mathematics
berarti matematika itu sendiri. Berbicara mengenai suku, tentu ada yang
membedakan antara suku yang satu dengan yang lainnya yaitu produk yang
dihasilkan yaitu yang dinamakan dengan budaya atau kultur.
Ethnomatematics dapat dipandang sebagai studi yang
meluncur ke bawah kemudian memantul lagi ke atas. Yang dimaksudkan dengan
meluncur ke bawah yaitu dimulai dengan
melihat fakta-fakta yang ada di sekitar seperti candi-candi di Indonesia atau
tata bahasa yang ada di Yogyakarta. Hal ini tidak dapat kita karang sendiri
seperti misal diketahui suatu suku antah berantah dan sebagainya karena harus
sesuai fakta yang ada untuk selanjutnya fakta-fakta tersebut dipantulkan lagi
ke atas sehingga sesuai dengan teori Internasional.
Kebanyakan orang yang awam seakan-akan memandang
ethnomatematics tidak ada unsur pendidikannya sama sekali. Namun, sebenarnya
ethnomatematics merupakan suatu studi yang konteksnya merupakan pendidikan
matematika. Mengapa demikian? Padahal tidak ada pedulinya orang matematika
terhadap kultur dan budaya karena dalam matematika menggunakan permisalan saja
sudah cukup. Contohnya yaitu misal kita mempunyai unsur-unsur, sebut saja
alino. Unsur-unsur tersebut dihimpun kemudian ditentukan sifat-sifatnya.
Misalnya kita memikirkan suatu hal yaitu rumpun daun. Kemudian kita susun
definisinya, misal alino adalah unsur-unsur yang terikat sekaligus tidak
terikat. Maksudnya daun itu terikat namun pohon dan akarnya tidak terikat. Atau
dapat juga kita membuat definisi lainnya misal alino adalah unsur-unsur terikat
merentang pada dimensinya. Artinya yaitu jika keterikatannya 0 maka daun jatuh
dan jika keterikatannya 1 maka daun masih pada tempatnya. Dari konsep tersebut
maka akan dibuat menjadi matematika dengan menentukan sifat-sifatnya, yaitu :
1.
Alino mempunyai
sifat terikat absolut dan relatif, yaitu ketika daun jatuh maka keterikatannya
absolut. Ketika daun bergoyang karena tertiup angina maka keterikatannya
relatif.
2.
Alino satu
ditambah alino dua adalah alino yang lain, yaitu daun satu ditambahkan dengan
daun satu ditambah dengan daun dua adalah daun yang lain.
3.
Ada hubungan
komutatif antara alino yang satu dengan yang lainnya, yaitu daun A ditambah
dengan daun B sama dengan daun B ditambah dengan daun A.
4.
Terdapat operasi
penjumlahan alino.
5.
Terdapat alino
invers, yaitu ketika posisi daun dibalik.
Setelah
menentukan sifat-sifat tersebut maka dapat disusun teorema. Misalnya yaitu
Teorema 1 : Jika dikatakan suatu alino maka dapat dicari alino-alino yang lain
dengan fungsi isomorfis.
Dari hal
diatas dapat disimpulkan bahwa matematika dapat dibuat dari konsep daun atau
dengan kata lain hal-hal disekitar kita dapat dibuat menjadi matematika.
Tempat Kedudukan Etnomathematics
Contoh
suatu kasus, misal di kebun banyak terdapat batu-batuan. Ada yang kecil juga
ada yang besar. Ketika hanya sebagai batu berserakan maka kedudukannya kurang
bermakna tapi jika batu-batu tersebut kemudian disusun menjadi sebuah rumah
kelinci misalnya, maka setiap orang yang melihatnya dapat memaknai bahwa susunan
batu tersebut adalah rumah kelinci sehingga kedudukannya menjadi meaningfull.
Kasus lain
yaitu ketika seseorang yang gila mengatakan bahwa akan menurunkan pak lurah
dari jabatannya, maka tidak akan ada orang yang percaya karena perkataannya
meaningless. Lain kasusnya jika yang mengatakan demikian adalah seorang ketua
DPRD. Tentulah lebih dipercayai sehingga lebih meaningfull.
Meaningfull
tidak dapat bisa kita produksi sendiri, melainkan hasil dari ramuan-ramuan dari
sesuatu yang besar. Seperti yang telah dijelaskan dari contoh diatas sesuatu
yang besar yaitu kedudukan seorang ketua DPRD sehingga perkataannya lebih
dipercaya.
Contoh
sesuatu yang besar tersebut misalnya yaitu Candi Borobudur yang telah tersohor
di seluruh dunia. Semua orang yang berpendidikan tahu mengenai Candi Borobudur
sehingga jika dari Candi yang menaingfull tersebut dibuat sesuatu maka hasilnya
pun akan meaningfull.
Contoh lagi
kasus lain yaitu ketika kita mencari dosen pembimbing untuk skripsi kita
tentang matematika misal kita memilih tukang parker sebagai pembimbing kita.
Walaupun tukang parkir tersebut ahli dalam ethnomathematics namun tidak akan
menghasilkan sesuatu yang bermakna karena miskin wadah walaupun isinya ada.
Kasus lainnya yaitu ketika mengadakan suatu perkuliahan ethnomathematics di
kelas, namun materi kuliahnya yaitu tentang cara menjaring ikan tuna, cara
merawat rel kereta api. Maka hal tersebut tidaklah cocok. Presensi kelas ada,
dosen nada, mahasiswa ada, tapi tidak sesuai konteks. Hal ini berarti wadahnya
ada tapi isinya tidak bermakna. Kedua-duanya baik wadah maupun isinya merupakan
hal yang penting.
Begitu pula
dengan ethnomathematica, isinya ada yaitu mengenai kerangka berpikir secara
internasional dan teori-teori maupun ide-idenya serta hasil pendidikannya.
Namun miskin skema. Tapi karena mau tidak mau studi ini harus diberi nama maka
diberilah nama ethnomathematics. Dengan tidak adanya wadah tersebut, maka
menjadikan ethnomathematics bukanlah permasalahan yang mudah.